Pertengahan bulan Maret kemarin gw dan temen gw memutuskan untuk wisata nekat dengan modal pas-pasan alias backpacker. Ide ini muncul ketika kami sedang mencari-cari tiket ke Pulau Bali, memang rencanya kami bulan April akan ke Pulau Bali dengan modal yang bisa dibilang seminim mungkin tapi dengan fasilitas yang lumayan lah (antara maruk dan kere itu beda tipis.. he he).
Setelah mendapatkan tiket pesawat yang dinilai murah, karena saat itu lagi promo. Iseng-iseng lah gw liat tiket kereta ke Bandung. Dan tanpa dijuga tanpa dinyana (halah.. apa itu), gw dapetin harga tiket yang dibilang cukup murah untuk harga tiket kereta ke Bandung. Dan memang sebelumnya temen gw (panggil saja garenk) sudah berisik pengen liburan ke Bandung.
Tanpa nunggu aba-aba gw langsung bbm dia, bagai dayung bersambut, akhirnya tawaran gw diterima dengan antusias ama garenk. Akhirnya kita cari cari-cari tanggal yang pas, temen gw maunya kita berangkat sebelum ke Bali. "Oke!" jawab gw. Setelah lihat-lihat tanggalan akhirnya gw menemukan tanggal merah dihari sabtu di bulan Maret. Hal itupun disambut sangat baik sama temen gw.
Malamnya gw langsung booking tiket kereta buat ke Bandung. Karena kalau ditunda-tunda bisa-bisa kehabisan, pasalnya tanggal keberangkatan kita bisa dibilang hari liburan panjang (bagi kita yang hari sabtu pun masuk kerja).
Tiket sudah ditangan, menunggu 2 bulan untuk perjalanan liburan itu terasa sangat lama. Apalagi bagi gw yang notabene sangat jarang pergi liburan, karena kendala biaya dan waktu (curcol deh).
Hari Pertama
Hari H pun datang, malam nya gw ga bisa tidur karena takut kesiangan, apalagi 1 hari sebelumnya tepatnya hari jumat seharian hujan lebat, bahkan sampai sabtu dini hari. Ga bisa tidur bukan hanya takut bangun kesiangan tapi juga was-was kalau-kalau hujan ga berhenti saat kita mau berangkat ke Bandung. Ah, tapi bagaimanapun anak baik pasti disayang Allah, sebelum adzan subuh hujan sudah reda, tapi dari berita di televisi pagi itu katanya banjir dimana-mana. Panik? pasti! pasalnya temen gw yang notabene GA BISA BANGUN PAGI diharuskan jalan pagi-pagi buta buat ke stasiun gambir. Karena jaraknya yang bisa dibilang sangat jauh maka gw suruh dia jalan jam 6 pagi, padahal keretanya masih jam 10. Gw pun berangkat pagi juga sekitar 6.20 gw sudah jalan, karena kuatir macet seperti berita yang di televisi tadi.
Dasarnya ke-sotoy-an gw yang teramat tinggi, ternyata jalanan TIDAK MACET sama sekali, pagi itu jalanan lancar jaya. Jam 08.00 gw sudah sampai di stasiun Gambir, tak lama kemudian temen gw dateng. Melihat antrian print tiket otomatis yang sudah mengular begitu panjang, akhirnya kita memutuskan untuk print tiket dulu sebelum cari sarapan. Ga sampai 30 menit tiket keretapun sudah ditangan, dan kita memutuskan untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan buat mengganjal perut. Maklum dirumah kita belum sempet sarapan sama sekali (tapi gw udah ngemil kue 3 biji.. ha ha ha).
Setelah muterin Food Court di stasiun, kita tidak menemukan makanan yang memikat selera kita, akhirnya temen gw memutuskan untuk beli roti buat mengganjal perutnya dan gw cuma beli air mineral. Menunggu 2 jam kedatangan kereta bukanlah hal yang mengasyikkan, dan bukan kita kalau hal tersebut tidak membuat hal-hal konyol selama menunggu. Entah itu menggomentari fashion orang-orang yang lewat didepan kita ataupun foto-foto selfie yang ga jelas gayanya.
Jam 09.00 akhirnya kita putuskan untuk menunggu diruang tunggu lantai 2, disini ga banyak yang kita lakukan selain menunggu dan main HP. Bahkan gw sempet ketiduran bentar (haha.. namanya juga pelor, ga liat dimana tempatnya yang penting molor).
Jam 10.00 pun kereta yang kita tunggu datang, yaps! kereta Argo Parahyangan yang membawa kita ke Kota Bandung tlah tiba, kita langsung naik. Tak menunggu lama kereta pun berangkat menuju tempat tujuan. Tak banyak hal yang kita lakukan selama dikereta, kecuali tidur. Kata temen gw itu untuk mengganti waktu tidur tadi pagi yang kurang (heu.. dasar kebo!).
Kurang lebih jam 1 siang kita sampai di Kota Bandung, kedatangan kita disambut dengan hujan yang cukup deras. Selagi menunggu hujan reda, kita memutuskan untuk mencari makan dulu. Maklum cacing-cacing diperut sudah pada protes tidak ada yang digiling. Melihat-lihat beberapa tempat jualan, kita memutuskan untuk beli kebab untuk mengganjal perut sementara.
Hujan sudah mulai reda, gw mengajak temen gw untuk jalan. Dan tujuan kita pertama kali tertuju pada Cihampelas Walk. Awalnya kita mau ke Floating Market Lembang, tapi melihat waktunya sudah hampir jam 2 kita urungkan niat, karena perjalanan kesana untuk PP tidak mungkin cukup dengan waktu 3 jam jika melihat jalanan yang cukup padat alias macet. Mungkin lain kali jika kita kesana lagi harus kesana... Floating Market.
Karena baru pertama kali, akhirnya kita nanya sama akang-akang yang dipinggir jalan nama angkutan yang menuju ke Cihampelas Walk (padahal udah membawa catatan nama-nama angkutan di Bandung, tapi males ngeluarin). Disana kita dikasih tau suruh naik angkutan biru arah St. Hall - Ciumbeleuit. Oiya catatan penting, di Bandung itu rata-rata angkutan hanya tertulis jurusan, tidak ada nomor seperti angkutan di Jakarta. Jadi jangan sungkan-sungkan bertanya ya biar tidak kesasar seperti kita. :D
Sampainya di Ciwalk kita muter-muter dulu lihat suasana, sambil sesekali foto-foto narsis lah :D. Setelah beberapa saat muterin Ciwalk, langkah gw terhenti didepan tempat makan yang namanya Kingkong Ekspress. Gw sedikit antusias buat masuk karena beberapa hari sebelumnya gw liat-liat di salah satu media sosial Instagram, menu itu termasuk salah satu yang sedang hits di Bandung. Demi membalas rasa bersalah gw ama cacing-cacing dalam perut, gw mutusin buat pilih salah satu menu di resto ini. Gw hanya mesen 1 porsi karena temen gw ga mau, saat itu dia lagi ngidam Steak (bukan ngidam hamil loh ya, tapi emang lagi kepengennya gitu).
Dengan sabar dia nungguin gw makan, setelah selesai makan, gw anterin dia buat muterin lagi Ciwalk buat nyari Steak seperti yang dia mau. Beberapa tempat yang menyediakan menu steak kita datengin meski cuma melihat-lihat menunya aja. Tapi ga ada satupun yang kita masukin karena harganya boo yang cukup mahal bagi kantong kita. Dengan modal ke-sotoy-an yang gw punya, dengan enteng gw bilang "ya udah kita cari diluar aja yok? kayaknya disekitar Ciwalk ada yang jualan steak deh". Entah karena tersihir kata-kata gw yang penuh keyakinan, dia pun menuruti kata-kata gw. Kita berdua berjalan menyusuri jalanan sampai di perempatan jalan layang Cihampelas, dan TIDAK ADA 1 PUN RESTO STEAK yang kita jumpai. Dengan nada pasrah dia pun bilang "Ya udah deh, nanti kita cari steak nya dekat penginapan aja" kata-katanya sambil terlihat lesu. Gw pun sebenarnya merasa kasian. Waktu itu sekitar setengah 4 sore, dan dia belum makan nasi dari pagi. Gw ngerinya cuma kalau dia sampai pingsan dijalan, masa iya baru pertama kali liburan dikota orang trus pingsan ditengah jalan. Akhirnya gw semangatin dia dan gw bilang hostelnya ga jauh ko dari sini, cuma di Dago.
Ke-sotoy-an gw yang ke-3 kalinya ini awal dari ketragisan kita dalam tema 'Kesasar', yaps! gw tekankan sekali lagi, jika jalan-jalan dikota orang itu jangan sungkan-sungkan untuk bertanya. Karena kata pepatah yang berbunyi 'Malu bertanya sesat dijalan' itu memang benar adanya.
Diperempatan Cihampelas kita mencoba untuk bertanya pada 2 orang mbak-mbak yang kelihatannya ragu-ragu untuk menyeberang jalan, setelah keduanya sukses menyeberang jalan, kita samperin mbak-mbaknya dan bertanya tentang angkutan kearah Dago.
"Teh (panggilan cewe di sunda), maaf numpang nanya, kalau mau ke Dago naik apa ya?" begitu tanya gw dengan sesopan mungkin.
Dan jawaban yang gw minta tak seperti yang kita harapkan. Salah satu dari mereka menjawab "Aduh maaf Mbak, kita orang baru disini dan juga belum tahu jalan. Mbak tau ga tempat jualan-jualan celana jins disini?" muka mbak nya sambil memelas.
Jiaaahhh.... mbaakkkkkkkk!!! kenapa ga dari tadi bilang kalau situ juga bingung!!!!
Karena gw kasian ama tuh mbak-mbak yang bingung juga, akhirnya gw kasih tau kalau lokasinya disederetan sama Ciwalk sambil tangan gw menunjuk ke arah yang dituju. Kedua mbak-mbak itu wajahnya langsung kelihatan sumringah seperti orang yang sedang ikutan arisan dan ketika dikocok namanya yang keluar. Ya sudahlah, niat bertanya malah ditanyain orang. Tapi paling tidak meskipun gw orang baru di kota yang baru gw datengin, gw bisa bermanfaat bagi mereka (apa sieh ini....).
Setelah kita berdua keliatan kaya orang bingung, karena nengok kanan kiri tidak ada 1 pun orang yang bisa kita tanyain. Akhirnya kita memutuskan untuk bertanya sama pak polisi yang sedang berjaga dibawah jalan layang, tapi setelah kita nyeberang jalan sampai di bawah jalan layang niat itupun kita urungkan, karena posisi pak polisi masih diseberang kita lagi. Dan keputusan untuk bertanyapun jatuh kepada abang-abang yang sedang beli gorengan dipinggir jalan. Kitapun diarah kan untuk naik Angkutan jurusan Ledeng (, lalu turun di perempatan BEC kemudian naik lagi angkutan jurusan Dago. Setelah mengucapkan terima kasih yang berkali-kali (mungkin akangnya sampai bosan) kitapun langsung nyari angkutan yang dimaksud. Oiya pas nunggu angkutan disini, gw ngeliat salah satu tempat nongkrong yang lagi hits juga di Bandung yaitu Warunk Upnormal, tapi saat kira masuk kedalam, sungguh kecewa karena tempatnya bener-bener sangat penuh. Yahh apa mau dikata lagi, niat makan disitu pun akhirnya kita urungkan.
Angkutan yang ke arah Ledeng sudah datang, kita pun naik dan turun pas di perempatan BEC dan nyeberang ganti naik yang ke arah Dago. Sebelum naik kita tanya ke pak sopirnya apakah ini jurusan ke terminal Dago, dan pak supirnya menjawab iya.
Tapi apa yang terjadi...? TERNYATA KITA SALAH NAIK ANGKUTAN!!! Ya, sebenarnya kita tidak salah naik, cuma terjadi miss komunikasi dengan pak supirnya. Harusnya jika kita mau ke terminal Dago harusnya kita turun di flyover dan pindah angkutan warna biru (kalau ga salah) ke arah Terminal Dago. Tapi nyatanya kita ikutin terus jalur pak supir yg tadi sampai entah dimana gw lupa. Untuk pak supirnya baik, akhirnya kita dibawa balik untuk turun lagi dan dikasih tau angkutan yang harus dinaikin. Huft, aturan kan jam 4 kita sudah sampai hostel tapi ini jam setengah 6 kita masih dijalan.
Akhirnya kita mendapatkan angkutan yang membawa kita ke terminal Dago, pas adzan maghrib kita sampai dihostel yang kita tuju yang sebenarnya tidak jauh tidak seperti saat naik angkutan yang kesasar sebelumnya, dan tak lupa sebelumnya kita bertanya-tanya dulu ke akang-akang ojek yang mangkat didekat hostel. Oiya hostel yang dimaksud itu mananya Dago Inn, tempatnya strategis banget, dekat dengan jalan raya dan terminal Dago. Dan juga hostel ini sangat bersahabat dengan kantong para backpacker, biaya nginapnya Rp. 100 rb/orang/malam.
Sampainya dihostelpun, tidak tidak ada kendala yang kita hadapi (artinya problem pun ada disini). Setelah kita ketok-ketok pintunya beberapa kali, ada seorang mbak yang bukain pintu, gw pikir itu pemilik atau penjaga hostel, ternyata bukan! dia juga tamu disini dan mbak tadi menjelaskan kalau menginap disini ya tinggal masuk saja dan keluar juga sesukanya, yang penting sudah booking dulu sama pemiliknya by phone. Artinya hostel ini tidak ada penjaganya.. APAAAAA....!!!!!
Kita berdua sambil liat-liatan hampir tak percaya, ada ya hostel bisa keluar masuk seenak tamunya. Sambil masih diselimuti kebingungan akhirnya kita menjelaskan ke mbak yang tadi bahwa gw sudah booking tempat ini sambil menunjukkan print booking dari email. Dan kata mbak nya gw disuruh telpn ke pemiliknya namanya Teh Yasmin. Oiya gw lupa nama mbak nya yg bantuin gw itu, jd gw panggil dia mbak aja, dari pada salah nama. Setelah beberapa kali gw telpn Teh Yasmin tidak diangkat, gw disuruh langsung aja kelantai 2 buat nyari kamar yang kosong sambil terus mencoba untuk menghubungi Teh Yasmin.
Akhirnya kita kelantai 2 nyari kamar yang kosong, gw masuk ke salah satu kamar sambil terus mencoba menelpon memilik hostel. Tak lama kemudian temen gw bisa terhubung dengan telepon Teh Yasmin, dan gw langsung bicara dengan dia. Ternyata sebelumnya terjadi miss komunikasi antara gw dengan Teh Yasmin, karna dia pikir gw sudah membatalkan bookingan kamar beberapa hari yang lalu, setelah gw jelaskan mengenai pembayaran yang bermasalah dengan kartu kredit, akhirnya Teh Yasmin janji malam ini akan datang ke Hostel. Jika besok pagi ketemuannya, gw yang ga bisa, sebab pagi2 gw harus jalan lagi ke tempat tujuan selanjutnya.
Masalah kamarpun selesai setelah pemilik memberi tahu kamar mana yang harus ditempati, kita memutuskan untuk segera mandi dan mencari makan. Mengingat kondisi sudah malam sekitar setengah 8, kita sepakat untuk mencari makan didekat-dekat FO di jalan Ir. Juanda.
Namanya juga garenk temen gw, dia tetep kekeuh pengen steak. Hampir sepanjang jalan kita tengok kanan-kiri tidak menemukan warung atau resto penjual steak, dengan sedikit putus asa sambil mencari tempat yang adem, kita masuk ke beberapa FO (Factory Outlet) di sekitar Dago. Setelah puas melihat-lihat dan membeli beberapa baju, kita jalan lagi mencari steak dan akhirnya menemukan didekat hostel.
Ternyata napsu kepengen tidak berbanding lurus dengan rasa yang kita dapat, rasa steak yang kita beli jauh dari perkiraan kita, sedikit kecewa sih, tapi mau gimana lagi. Selesai makan kita tidak kema-mana lagi karena menghemat tenaga untuk perjalanan besok. Dan akhirnya kita putuskan untuk kembali ke hostel dan istirahat. Sampai di hostel kita bertemu dengan Teh Yasmin dan ibunya, setelah ngobrol-ngobrol dan menjelaskan miss komunikasinya, kita pamitan untuk kekamar.
Hari Kedua
Setelah semalaman tenaga kita di charge, paginya kita bangun badan kita cukup segar. Yups hari kedua ini tujuan kita adalah ke Kawah Putih. Selesai berberes dan mandi, kita langsung jalan tanpa harus pamitan ke resepsionis, karena memang tidak ada penjaganya :D. Oiya malam itu Teh Yasmin memberitahu pada kita angkutan apa aja yang harus kita naikin untuk menuju ke kawah putih. Jadi kita harus naik angkutan ke Dipati ukur untuk transit dan ganti naik Bus Damri arah Terminal Leuwi Panjang. sampainya di Dipati Ukur, kita mencari sarapan dulu sambil nunggu bus yang masih ngetem, karena penumpang belum begitu banyak. Pilihan menu sarapan kita jatuh pada Kupat Tahu, isi makanan ini hampir sama seperti ketoprak di Jakarta, hanya saja bumbunya yang beda. Selesai menikmati seporsi Kupat Tahu, kita keliling-keliling ke dalam pasar dadakan yang tidak jauh dari Bus Damri mangkal. Siapa tahu menemukan camilan yang saat ini sedang hits-hitsnya yaitu Kue Cubit aneka rasa, setelah mengelilingi hampir keseluruhan tempat jajanan dan ga menemukan camilan yang dicari, akhirnya gw beli kue Kijing, buat mengobati kekecewaan ga nemuin kue Cubit (apa ini.. )
Kita masih ditunggu Bus Damri yang akan membawa kita ke Terminal Leuwi Panjang. Jam menunjukkan pukul 9 kurang dikit, dan kondisi cuaca saat itu lagi terik. Sekitar jam 10-an kita sampai di terminal Leuwi Panjang, dan langsung mencari mobil arah terminal Ciwidey. Mobil ini type L.300 dan tidak tertulis nama jurusannya, jadi harus bertanya dulu sebelum naik biar tidak salah jurusan. Saat itu kita bisa dibilang penumpang terakhir, jadi tidak menunggu waktu lama. Mobilnya pun sudah penuh dan siap berangkat. Perjalanan dari terminal Leuwi Panjang ke terminal Ciwidey ditempuh kurang lebih 2 jam perjalanan. Untung nya saat itu jalanan tidak terlalu macet, jalanan yang berkelok-kelok naik turun mengingatkan gw akan rute jalur Solo - Wonogiri. Hampir sama, kanan kiri dikelilingi oleh jurang dan bukit.
Sekitar jam 12 siang kita sampai di terminal Ciwidey, disini kita harus ganti angkutan lagi untuk naik ke Kawah Putih, angkutan warna kuning jurusan Patenggang. Kita bisa melakukan perjalanan ngeteng atau paket rombongan. Karena kita belum tahu jalurnya kita milih yang ikut rombongan, kebetulan saat itu ada beberapa rombongan yang jurusannya ke arah Kawah Putih juga. Setelah setuju dengan tarif yang ditawarkan oleh abang sopir angkotnya (gw lupa namanya, padahal udah dikasih tau.. uuhh... dasar nenek2 ) yakni 50 ribu/orang PP terminal - Kawah Putih + dianterin jika mau ke kebun teh dan kebun strawberry, jadi tidak perlu naik mobil ontang-anting lagi di dalam kawah putihnya, udah langsung dianter sampai ujung Kawah Putih dengan mobil angkutan ini. Tapi tidak termasuk tiket masuk, saat itu tiket masuknya Rp. 33 ribu/orang. cukup mahal juga jika fasilitas yang ditawarkan hanya cuma lihat kawah dan foto-foto aja.
Si akang sopirnya cerita katanya kenaikan tiket masuk ini belum lama, tepatnya pas kenaikan. Jadi saat itu ada semacam demo gitu, sampai seminggu lamanya tiket masuk Kawah Putih dan ongkos naik mobil ontang-anting katanya gratis. Wah.. coba kalau gw datengnya pas waktu itu.. (hmmm... gratisan aja ijo...)
Ada cerita unik saat perjalan menuju Kawah Putih, diantara 12 orang rombongan ini terselip 1 orang asing (aka. Bule). Si abang sopirnya bingung gimana cara ngomongnya, ditanyain semua penumpang yang bisa bahasa inggris, tak ada 1 pun yang menjawab. Sampai akhirnya abangnya nanya sama cewe-cewe yang duduknya paling belakang, setelah beberapa kali ditanya ternyata gw baru ngeh kalau yang duduknya paling belakang itu adalah gw dan temen gw, karena lagi fokus ama HP ya gw jawab aja seenak udelnya gw "litle-litle kang..". Seperti dapat hadiah undian, si abang sopirnya bersyukur lega sambil minta tolong ke gw untuk menjelaskan tentang tarif paketnya dan tujuan yang akan dikunjungi. Dengan bahasa inggris yang belepotan dan agak gugup gw jelaskan ke bule itu, temen gw hanya cengar-cengir kaya kuda lagi pose mau diphoto? (emang kuda tau ya posenya kalau lagi diphoto). Dong-dong itu terjadi ketika kita sedang gugup, oleh karena itu teman-teman, jangan sampai kita gugup agar tidak keliatan dong-dong.
Setelah hampir habis kata-kata buat ngejelasin ke bule nya kalau tarif mobilnya sekian, temen gw baru ngasih ide suruh buka HP dan translate aja lewat bantuan HP sebelum nyampe puncak dan sinyal susah. Dan TING!!! tanpa buang-buang waktu gw langsung buka HP nyari translate langsung pencet-pencet kata-kata apa yang akan gw sampaikan ke bule nya. Dan taraaa.... hal itu disambut baik oleh bule.. sedikit sedikit omongan kita nyambung.
Sampai akhirnya kita saling kenalan dan gw tahu nama bule itu adalah 'Nadine' dari Jerman yang sedang wisata sendirian ke Indonesia. Sebelum di Bandung dia sudah menghabiskan 5 hari di Jakarta, di Jakarta dia tinggal di daerah Cikini. Setelah dari Bandung dia akan melanjurkan perjalanan ke Jogjakarta, lalu ke Bromo, lalu ke Dieng, lalu ke Pulau Bali. Total dia liburan di Indonesia adalah 4 minggu. Gw salut campur kagum ama Nadine, cewe liburan sendirian dinegeri orang lagi.
Gw pikir perjalanan dari terminal Ciwidey ke itu deket cuy, kalau diliat dari peta kan ga sampe sejengkal yak? (iya itu apalagi petanya lu kecilin ampe 1000x, se-centi juga ga nyampe). ternyata oh ternyata, perjalanannya hampir sejam. Itupun pas kondisi lancar, kata si abang sopirnya lagi, hari sabtu sebelumnya alias kemarin jalanannya macet-cet. Ada temenennya di abang sopir yang bawa rombongan turun dari Kawah Putih jam 2 siang sampai terminal Ciwidey jam 7 malem, bisa dibayangin betapa macetnya kala itu, busyetttt... ngalah-ngalahin macetnya Jakarta aja. Gw aja yang saat itu perjalanan sejam udah berasa lama apalagi yang sampai 5 jam. Untung gw ngambil perjalanannya hari minggu.
Akhirnya sampai juga di 'gerbang' Kawah Putih, belum coy.. ini belum sampai tujuan, baru sampai gerbang nya doank. Nah disini kita dimintain tarif tiket masuk untuk masing-masing orang Rp. 33 ribu. Tiket dah ditangan, saatnya abang sopir tancap gas lagi buat nanjak ke Kawah nya. Ternyata oh ternyata perjalanan dari gerbang ke Kawah nya masih lumayan jauh, perjalanan sekitar 15 - 20 menit. Jalannya itu menanjak tajem dan berliku-liku, untung abang sopirnya udah ahli.
Sampai di Kawah Putihnya kita berasa bau belerang, karena kondisi cuaca saat itu mendung dan gerimis. Jadi kita putuskan untuk tidak lama-lama di Kawah Putihnya, sepakat jam setengah 2 kita kumpul di parkiran mobil ini, jadi waktu keliling-keliling nya sekitar 1 jam. Cukup lah kalau untuk mengelilingi tempat yang ga begitu besar. Sebelum masuk akan ada petugas yang memperingatkan untuk memakai masker sebelum turun ke Kawah, karena bau belerang sangat menyengat jadi jika ga memakai masker bisa berbahaya untuk kesehatan.
Emang dasarnya gw, kalau diburu-buru malah otak jadi blank, nyari-nyari masker ga ketemu padahal inget sebelum berangkat dari hostel sudah naruhnya dengan bener. Eh pas dibutuhin malah ngilang, ga ilang akal akhirnya gw tutup hidung pake jilbab. Ambil bagian tengah kiri dan kanan jilbab lalu diselipkan pada topi, dan jadilah gw Ninja gendut. Setelah puas melihat-lihat kawasan Kawah Putih dan tak lupa photo-photo entah gaya apa itu, pokoknya segala gaya dipakai. Tak lama kemudian kita disamperin sama Nadine, gw menawarkan diri buat jadi photograpernya, setelah selesai memotret Nadine, tak lupa gw minta foto selfie bareng dia buat kenang-kenangan. Nadine menyambutnya dengan senang.
Foto ber-3, gw - Nadine - Garenk
Puas berkeliling di Kawah Putih, gw dan temen gw memutuskan untuk naik dan menunggu rombongan lain di mobil. Setelah rombongan ngumpul, kita turun dan ketempat selanjutnya yaitu kebun teh. Abang sopirnya baik banget deh, kalau cuma mau menikmati kebun teh dia nganterin ke tempat kebun teh yang masuknya ga bayar alias gratis. Posisinya diatas taman wisata kebun teh tapi gw lupa namanya. Disini gw seperti kambing dilepas di padang rumput, seneng banget. Akhirnya bisa melihat kebun teh secara langsung (ndeso kan ya?).
Sedang enak-enaknya lagi foto-foto ditengah kebun teh, gw sama garenk disamperin sama si abang sopir nya. Katanya ada ada rombongan yang minta dianterin ke Situ Patenggang, gw liat jam di tangan gw udah jam 2 lewat. Gw tanya sama abang sopir kira-kira balik jam berapa, dia jawab paling dari sana jam setengah 5. Wah gw pikir waktunya terlalu sore, akhirnya gw mutusin untuk ga ikut perjalanan itu, sebab perjalanan gw balik ke Jakarta masih pajang coy. Setelah bayar ongkosnya ke abang sopir Rp. 80 rb/2 orang (yang menurut gw cukup mahal) dan tanya baliknya turun naik apa, dia bilang naik angkutan kuning arah terminal Ciwidey. Mereka pun berangkat ke arah Situ Patenggang meninggalkan kita ber-2 di kebun teh itu.
Puas berfoto ria dan menikmati indahnya dan sejuknya kebun teh, garenk tertarik ikut Outbond. Keliatannya asik sih, tapi setelah dipikir-pikir waktu kita sudah tinggal sedikit untuk balik ke terminal dan kembali ke Jakarta. Niat ikut Outbond pun diurungkan, kita kembali ke pinggir jalan untuk menunggu angkutan kuning yang lewat. Karena dipikir untuk ke kebun strawberry sudah tidak memungkinkan, akhirnya belilah kita strawberry di kebun teh ini. Setelah tawar-menawar yang cukup sengit, dapatlah kita 4 kantong strawberry dengan harga Rp. 30 ribu, sebenarnya cukup mahal untuk harga disana, kan disana kebunnya. Tapi ya sudahlah, itung-itung bantu ibunya yang jualan, biar anaknya bisa jajan. :D
Setelah mendapatkan angkutan kuning yang ditunggu naiklah kita, kurang lebih 40 menit kemudian sampailah kita di terminal Ciwidey. Melihat merah-merahnya buah rambutan yang dijajakan, temen gw tertarik untuk membeli, dapatlah 3 ikat buah rambutan seharga Rp. 10 ribu. Tak menunggu lama mobil cold L.300 yang membawa kita ke terminal Leuwi Panjang sudah siap. Mobilpun melaju menuju terminal Leuwi Panjang, tak banyak hal yang kita lakukan selama diperjalanan selain tidur. Dan sekitar setengah 6 sore sampailah kita di terminal Leuwi Panjang, perjalanannya lebih lama sedikit karena macet. Setelah sampai kita ga buang-buang waktu lagi buat nyari Bus Primajasa yang membawa kita ke Jakarta. Setelah beberapa saat keliling mencari Bus Primajasa sampailah kita di depan bus jurusan Lebak Bulus, naiklah kita dan duduk manis menunggu bus ini membawa kita kembali ke tempat asal. Sepanjang jalan hujan turun cukup lebat, AC bus berasa cukup dingin. Untuk membantu mengisi perut yang kosong karena sedari siang belum keisi, makanlah rambutan kita. Setelah perut kenyang sama rambutan, kita memutuskan untuk tidur. Kondisi jalan tol cukup macet saat itu, jam 10 lebih sampailah kita di Lebak Bulus, karena sudah cukup malam, temen gw memutuskan untuk nginep dirumah gw, baru paginya pulang ke Tangerang. Dan liburan pun selesai..
Kapan-kapan aku pasti kembali kesana.... Bandung tunggu aku kembali!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar